Sabtu, 12 Desember 2015


1.1. Analisis Situasi

Komunitas TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Garut merupakan sekumpulan orang di Garut dari kalangan pengguna akhir ataupun pengguna spesialis yang meminati TIK dan berhimpun untuk melaksanakan tujuan yang sama, yakni membangun masyarakat informasi Garut. Komunitas TIK Garut didorong pembentukannya pada tanggal 15 Oktober 2012 oleh kepala UPT Sistem Informasi STTG (Sekolah Tinggi Teknologi Garut) dengan tujuan untuk membangun kerja kolaboratif antar relawan / komunitas TIK di Garut dari berbagai organisasi dan profesi dalam rangka membangun masyarakat informasi, yakni masyarakat yang berusaha memperoleh keuntungan kompetitif dari informasi dengan TIK. Sejak tahun 2012 hingga kini, Komunitas TIK Garut telah merintis dan menghimpunkan sejumlah komunitas TIK di dalam atau di luar lembaga pendidikan serta membuat program kolaborasi terkait Volunteer Services / Layanan Relawan TIK untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat informasi di Garut.

 
Gambar 1.1. Komunitas TIK Pelajar bentukan tahun 2013

Relawan TIK adalah orang atau organisasi dengan latar belakang apapun yang dengan kehendak dan swadayanya sendiri menyediakan waktu, tenaga, dan keahliannya melaksanakan bantuan berupa layanan dalam bidang TIK untuk kepentingan umum secara sukarela demi amal. Pada tanggal 24 November 2015, empat orang pengurus Komunitas TIK Garut dikukuhkan sebagai Relawan TIK Garut oleh Pengurus Relawan TIK Indonesia melalui penyematan pin Relawan TIK Indonesia oleh Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Turut mendampingi dalam pengukuhan tersebut ketua STTG, staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, serta Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika. Setelah pengukuhan tersebut, semua anggota Komunitas TIK yang berhimpun di Komunitas TIK Garut dan berkomitmen melaksanakan layanan relawan TIK dapat melaksanakan program Relawan TIK Indonesia di Garut. Lembaga pendidikan di mana Komunitas TIK tersebut berada dapat mengajukan diri menjadi Komisariat Relawan TIK Indonesia.

Gambar 1.2. Pengukuhan Relawan TIK Garut

Pembangunan masyarakat informasi dilakukan dengan melibatkan Quadruple Helix yang meliputi Pemerintahan, Perusahaan, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Relawan / Komunitas TIK sebagai unsur masyarakat berbagi sumber daya dan peran dengan unsur lainnya dalam pembangunan masyarakat informasi. Semua unsur bekerja sama merumuskan dan melaksanakan program Pembangunan Masyarakat Informasi yang dapat dikerjakan oleh Komunitas TIK di Garut setiap tahun dalam Konferensi Komunitas TIK Garut. 

Perumusan program Komunitas TIK Garut tersebut pertama kali dilakukan dalam Konferensi Komunitas TIK Garut yang pertama pada tanggal 28 Oktober 2014 di STTG. Unsur Quadruple Helix yang hadir saat itu antara lain :
  • Pemerintahan : Bidang Informatika, Sekretariat Daerah Kabupaten Garut.
  • Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Teknologi Garut
  • Perusahaan : PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Seluler Indonesia
  • Masyarakat : Komunitas TIK STTG, SMA Muhammadiyah 1 Garut, SMK Ciledug, SMK Sentosa, SMK as-Salam, SMK Plus al-Hidayah, SMK Nurul Hakim, SMK Ma'arif Pamengpeuk, SMK Ma'arif Garut, SMK Negeri 1 Garut, SMK Negeri 2 Garut, SMK Negeri 5 Garut, SMK Negeri 10 Garut, MA Negeri 1 Pameungpeuk, Madrasah Aliyah Yasmu, SMK Wikrama Garut, Pesantren Yapinur Limbangan, dan Blogger Garut, diwakili oleh Ipan Setiawan
Gambar 1.3. Konferensi Komunitas TIK Garut 2014

Dalam konferensi tersebut disepakati diterapkannya konsep STTG tentang KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi) oleh semua Komunitas TIK yang hadir saat itu. KPMI adalah sekelompok relawan dalam Komunitas TIK yang berkomitmen melaksanakan layanan TIK yang meliputi penyediaan dan edukasi informasi dan TIK, serta membangun kerja kolaboratif dengan Komunitas / Relawan TIK. Layanan tersebut selanjutnya disebut layanan KPMI. Kaderisasi dan pelaksanaan layanannya diwujudkan dengan pengaturan fungsi pelatih, pengelola, dan perintis. Pada awalnya semua anggota KPMI direkrut sebagai relawan TIK dan memulai kegiatannya dengan mengikuti Training of Traineer untuk memenuhi spesifikasi keahlian TIK dasar dan memahami KPMI. Setelah menjadi pelatih, mereka merekrut maksimum lima orang relawan TIK baru. Setelah meluluskan minimal satu orang pelatih, mereka menjadi pengelola pusat layanan relawan TIK di mana mereka berada dan melaksanakan seluruh layanan KPMI. Setelah mendapatkan pengalaman melaksanakan seluruh layanan KPMI, mereka dapat merintis KPMI baru di tempat lainnya dan memfungsikan diri sebagai pelatih tamu di tempat tersebut.


Gambar 1.4. Jenjang Fungsional KPMI

Tujuan jangka panjang dari layanan KPMI di antaranya adalah jejaring informasi Garut Citizen Journalism, di mana semua luaran dari penyediaan informasi yang dilakukan oleh semua anggota KPMI terkumpul dalam satu portal web. Informasi yang diangkat oleh KPMI di kampus adalah terkait keunggulan kampus dan lingkungan sekitar khususnya desa terdekat. Dalam program tahunan Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi VIII yang dilaksanakan oleh Komunitas TIK Garut bersama STTG, Bupati Garut meluncurkan Garut Citizen Journalism dan mengukuhkan pembina KPMI dengan menyematkan seragam pembina KPMI. Capaian lainnya dari kegiatan tersebut adalah berhasil diluncurkannya GEG (Google Educator Group) Garut oleh Komunitas TIK Garut yang menandai kerjasama baru layanan relawan TIK internasional di Garut, menambah pengalaman kerjasama internasional sebelumnya dengan Korea IT (Information Technology) Volunteers sepanjang tahun 2012 sampai dengan 2014.

Gambar 1.5. Penyematan Seragam Pembina KPMI oleh Bupati Garut

Selain menyediakan konsep KPMI, STTG juga menyediakan teknologi untuk mendukung program KPMI yang disepakati, berupa SI (Sistem Informasi) KPMI yang dikembangkan melalui penelitian dosen dan mahasiswa STTG. Sistem informasi yang berjalan di alamat http://kpmi.sttgarut.ac.id ini menyediakan data pertumbuhan dan kinerja KPMI bagi Stakeholders dari semua unsur Quadruple Helix. Sistem ini merupakan luaran dari kerjasama STTG dengan Relawan TIK Indonesia yang ditandatangani piagamnya pada tahun 2012. SI KPMI didiseminasikan oleh STTG di stand Komunitas TIK Garut dan workshop dalam Festival TIK yang diselenggarakan Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Relawan TIK Indonesia pada tanggal 30 Mei 2015 di Bandung. Di acara tersebut STTG memperkenalkan SI KPMI kepada Dinas Komunikasi dan Informatika Garut, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan pengurus Relawan TIK Indonesia. KPMI mendapat perhatian khusus dari Relawan TIK kepulauan Nias sehingga tercapai kesepakatan untuk membuat sampel KPMI di luar Garut. 

Gambar 1.6. Pengembang SI KPMI bersama Sekjen APTIKA Kemkominfo

Dalam perkembangan berikutnya, SMK Negeri 10 Garut mendorong KPMI sebagai kegiatan ekstra kurikuler dengan mengukuhkan pengurus Komunitas TIK nya pada tanggal 11 Mei 2015. Setelah STTG menandatangani kerjasama penerapan KPMI dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, STTG kemudian menetapkan SMK Negeri 10 Garut sebagai sampel penerapan KPMI di wilayah utara Garut dan SMK Ma'arif Pameungpeuk untuk wilayah selatan Garut. Penandatanganan piagam kerjasama oleh STTG dan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut dengan kedua lembaga pendidikan tersebut menandai komitmen bersama untuk menjadikan STTG dan dua lembaga pendidikan tersebut sebagai sampel pusat layanan relawan TIK bagi masyarakat di dalam dan di sekitar kampus khususnya desa terdekat, yang layanannya dilaksanakan secara bersama-sama baik di tempat atau bergerak. Pelaksanaan layanan relawan TIK oleh anggota KPMI di lembaga pendidikan lainnya mengikuti ketiga sampel tersebut dan didampingi oleh Koordinasi Komunitas TIK wilayah utara dan selatan Garut.
 
Gambar 1.7. Komunitas TIK SMK Negeri 10 Garut

  
1.2. Permasalahan

Konsep KPMI pada awalnya dirumuskan oleh STTG berdasarkan praktik layanan relawan TIK yang dilaksanakan KP (Kelompok Pengerak) TIK di STTG dan tinjauan sejumlah literatur. Keberadaan layanan relawan TIK yang dilaksanakan oleh mahasiswa memberikan manfaat bagi STTG seperti penambahan sumber daya teknologi informasi seperti jaringan, serta tersedianya bantuan gratis penanganan masalah / troubleshooting dasar pada perangkat TIK dan kegiatan edukasi TIK dasar bagi sivitas akademik ataupun masyarakat umum. Semua manfaat tersebut tersedia dengan adanya kaderisasi relawan TIK yang meliputi perekrutan, pelatihan, pelaksanaan layanan, kendali, dan evaluasi. Di STTG kaderisasi tersebut merupakan tanggung jawab Komunitas TIK STTG, di mana pelatihan dan pelaksanaan layanannya dikendalikan dan dievaluasi oleh UPT Sistem Informasi selaku penyelenggara layanan TIK di STTG dan program studi Teknik Informatika selaku perumus konsep dan penyedian teknologi.
 
Gambar 1.8. Relawan TIK STTG membantu memasang jaringan

Mewujudkan kondisi tersebut di lembaga pendidikan lainnya dengan KPMI tidaklah mudah. Walau demikian program studi Teknik Informatika STTG telah memulainya dengan menurunkan mahasiswa baru yang telah menguasai keahlian TIK dasar untuk memberikan pelatihan kepada anggota KPMI baru di sejumlah lembaga pendidikan dari tanggal 26 hingga 29 Februari 2015. Di dalam kegiatan yang diberi nama Garut IT Volunteering tersebut dilatihkan cara penggunaan SI KPMI oleh Komunitas TIK STTG. Dengan keterbatasan waktu dan anggaran, pelatihan tersebut tentu saja tidak memadai, sehingga tidak heran jika tidak ada perkembangan data pertumbuhan relawan TIK dan layanannya yang menggembirakan di SI KPMI. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan koneksi internet, dan secara umum disebabkan karena adanya kekurangpahaman pembina dan / atau anggota KPMI dalam mengikuti jenjang fungsional KPMI melalui SI KPMI. Sebab lainnya adalah tidak adanya pelatih di beberapa sekolah yang dapat memastikan terpenuhinya spesifikasi keahlian TIK dasar dan pemahaman KPMI oleh anggota KPMI. Program studi Teknik Informatika STTG mencoba mengisi kesenjangan pelatih tersebut dengan menurunkan tenaga pelatih dari mahasiswa yang mengambil matakuliah IT Volunteering setiap semester ganjil di beberapa sekolah dalam rentang bulan Maret sampai dengan Juni 2015.

Gambar 1.9. Pelatihan TIK dasar oleh mahasiswa STTG

Program Mobil Community Access Point untuk mewujudkan layanan relawan TIK bergerak untuk masyarakat desa sekitar kampus belum bisa dilaksanakan oleh Pemerintah bersama KPMI mengingat perkembangan kerjasama antara STTG dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut baru penandatanganan piagam kerjasama yang belum diturunkan dalam pasal-pasal kerjasama. Selain itu, mayoritas KPMI berdasarkan data SI KPMI belum siap menjalankan program tersebut karena tidak ketiadaan anggota KPMI dengan fungsi pengelola. Hanya KPMI STTG saja yang memiliki satu pengelola dan mulai melaksanakan hampir semua layanan KPMI.

Namun pada kenyataannya berdasarkan dokumen dan laporan kegiatan yang terpublikasi di blog Komunitas TIK Garut dan Komunitas TIK sekolah, anggota KPMI dari sejumlah sekolah diketahui telah melaksanakan layanan KPMI. Misalnya anggota KPMI SMK Negeri 10 Garut telah melaksanakan layanan pelatihan bagi anggota baru dengan menghadirkan pelatih dari luar, penyediaan informasi kegiatan mereka blog Komunitas TIK, dan penyediaaan helpdesk untuk pendaftaran peserta ujian. Anggota KPMI lainnya dari MAN 1 Garut bahkan menyelenggarakan layanan kolaborasi dengan GEG berupa pelatihan bagi masyarakat di selatan Garut. Bersama KPMI STTG juga pernah merintis KPMI baru di wilayah utara Garut, yakni di Madrasah Aliyah Yayasan Musa'adah Malangbong. Ini menunjukan bahwa sebenarnya anggota KPMI antusias dalam melaksanakan layanan KPMI. Kondisi tersebut ada karena tidak adanya pendampingan dari anggota senior atau pembina yang dapat mengarahkan mereka untuk mengikuti aturan kenaikan jenjang fungsional KPMI.
Gambar 1.10. Helpdesk KPMI SMK Negeri 10 Garut

Sementara itu sejumlah program yang melibatkan semua unsur Quadruple Helix berhasil dilaksanakan sepanjang tahun 2015, antara lain Seminar dan Pelatihan oleh Komunitas TIK Garut, Koordinasi Komunitas TIK wilayah Selatan Garut, GEG Garut, dan Blogger Garut. Termasuk gelaran nasional Hackathon MDK 2.0 juga berhasil dibawa ke Garut oleh Komunitas TIK Garut dan dilaksanakan dengan pengelolaan penuh dari PT Telekomunikasi Indonesia. Dengan demikian permasalahan yang perlu diselesaikan hanyalah seputar penerapan KPMI berikut Sistem Informasinya karena menentukan tersedia atau tidaknya Pusat Layanan Relawan TIK yang dijalankan lembaga pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler bagi masyarakat desa terdekat.

Gambar 1.11. Panitia, Peserta, dan Sponsor Hackathon MDK 2.0 Garut

1.3. Solusi Yang Ditawarkan 

Selama persoalan KPMI tersebut belum teratasi, gagasan menjadikan lembaga pendidikan sebagai Pusat Layanan Relawan TIK akan sangat sulit diwujudkan. Utamanya apabila anggota KPMI tidak menguasai keahlian TIK dasar, karena layanan relawan TIK nya menggunakan keahlian tersebut. Untuk mengetahui apakah semua anggota KPMI telah memenuhi spesifikasi keahlian TIK dasarnya perlu dilakukan pengujian, di antaranya melalui kompetisi. Kegiatan seperti ini pernah dilakukan Komunitas TIK Garut dalam  rangkaian acara Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi VI tanggal 24 Desember 2013. Kegiatan kompetisi TIK ini diikuti oleh KPTIK pelajar (sebelum berganti nama menjadi KPMI) dari sejumlah sekolah yang berhasil dibentuk oleh KPTIK STTG pada tahun 2012. Sama dengan KPMI sekarang, KPTIK tahun 2012 - 2013 juga diberikan pelatihan keahlian TIK dasar.

Gambar 1.12. Kompetisi Komunitas TIK Garut yang Pertama

Selain itu, perlu dilaksanakan kembali Konferensi Komunitas TIK Garut kedua yang mengundang seluruh unsur Quadruple Helix yang pernah hadir sebelumnya atau yang lainnya untuk mengevaluasi pelaksanaan KPMI sebagai program Komunitas TIK Garut yang disepakati tahun 2014 dan merumuskan program TIK yang akan dilaksanakan oleh relawan / komunitas TIK pada tahun 2016 di Garut. Dengan demikian, solusi bagi permasalahan ini adalah Konferensi dan Olimpiade Komunitas TIK Garut yang Kedua.

0 komentar:

Posting Komentar